عَنْ
أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: " عَيْنَانِ لَا تَمَسُّهُمَا النَّارُ أَبَدًا: عَيْنٌ بَاتَتْ
تَكْلُأُ الْمُسْلِمِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، وَعَيْنٌ بَكَتْ مِنْ
خَشْيَةِ اللَّهِ
Dari Anas bin Malik, Rasululah Shallallahu'alaihi wassalam bersabda: "Dua mata yang tidak akan tersentuh oleh api neraka selama-lamanya: mata yang begadang malam untuk menjaga kaum muslimin di jalan Allah dan mata yang menangis karena takut kepada Allah." Hadits Shohih (HR. Abi Ya'la al-Mausili dalam Musnad no. 4346 dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shohih Jami'ush Shoghir no. 4113 dan Shohih At-Targhib wat Tarhiib no. 1230)
Sobat tak terasa Ramadhan sudah berada diujung dan akan segera akhir, apakah kalian akan merindukannya tahun depan? Apa alasan kalian hendak berjumpa kembali dengan Ramadhan tahun depan? Yakinkah kalian dengan keinginan perjumpaan ini, apa tandanya jika kalian merindukan Ramadhan tahun depan? Apa pertanyaan ini cukup memeras otak untuk menjawabnya? ataukah pertanyaan ini cukup membuat anda risih?
Buat kalian yang cukup susah menjawab pertanyaan ini, segeralah menangis? Apa yang membuatmu begitu susah menjawab pertanyaan ini? Bukankah kalian sudah puluhan kali bertemu dengan Ramadhan? Sekali lagi menangislah jangan2 puasa ini hanya bagian dari agenda rutinitas yang tak berarti apa2? boleh jadi kita bertemu puluhan kali dengan Ramadhan tapi tak ada tanda-2 kita mencintai, menyenangi bahkan merindukannya. Sekali lagi menangislah? Apakah menangis juga begitu susah? Apakah ramadhan tahun ini tidak juga melembutkan hati ini? Padahal Mata yang menangis karena takut pada Allah dijamin takkan tersentuh oleh api neraka?
Jika kita saat ini hidup dijaman Rasulullah dan para sahabat, pastinya tangisan-tangisan akan selalu akrab ditelinga kita apalagi menjelang akhir ramadhan seperti ini. Menangis bukanlah hal yang memalukan, mungkin buat sebagian orang itu adalah simbol kelemahan sekalipun itu untuk alasan ibadah. Bagiku menangis seperti ini justru simbol kekuatan, artinya hati kita begitu lembut, dan kelembutan hati yang dimiliki oleh orang-orang yang sangat dekat dengan Sang Maha Perkasa lagi Gagah. Saat manusia dekat dengan Maha dari segala Maha apa lagi yang sanggup melumpuhkannya? Sekalipun seluruh makhluq dijagad raya ini bersatu untuk melumpuhkannya maka sesungguhnya Allah memegang ubun-ubun mereka.
Wahai hati yang masih peduli akan kebenaran hakiki menangislah, jika kalian tak mampu menangis maka menangislah karena ketidak mampuanmu menangis. Disaat-2 kesendirianmu lihatlah, berkacalah apakah diri ini pantas mengharap surgaNya? Padahal Nabi Adam -alaihis salam- diusir dari surga lantaran melanggar 1 larangan Allah, nah kita sudah berapa larangan yang kita langgar? Bukan cuma sekali duakali mungkin sudah tak terhitung, lantas pantaskah diri ini meminta surgaNya? Tapi benarkah kita sanggup berada di nerakaNya yang Maha Dahsyat siksanya? Tameng macam apa yang mampu menahan siksaan Jahannam? Hanya ampunan yang kita harapkan, tapi ampunan itu menjadi barang mahal saat diri ini mulai tak tahu diri. Mohon ampun tapi sesaat kemudian kembali berbuat maksiat. Tapi itulah manusia, maka perlu kekuatan untuk menjaga ampunan Allah agar selalu menjadi prioritas kita, tak lain tak bukan adalah adanya Azzam atau tekad yang membaja. Kekuatan Azzam seperti ini hanya akan diberikan kepada mereka yang selalu melembutkan hatinya, salah satu indikasi kelembutan hati adalah mudah menangis.
Masih ada beberapa hari sebelum Ramadhan beranjak dari singgasananya, sgeralah buang kemalasan, jemputlah ampunan Allah yang seluas langit dan bumi, raih sisa simpati Allah dengan kesungguhan, jangan ragu untuk menitikkan air mata, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang selalu bertaubat. Inilah salah satu alasan Allah menjadikan para sahabat menjadi pemimpin dunia waktu itu, kelembutan hatinya mampu membuat lawan takluk, membuat kawan semakin yakin.
0 komentar:
Posting Komentar