Selamat Datang di TOKO AZZAM 7

Kamis, Juli 25

Sepi...

Entah apa yang sedang dipikirkannya, tatapannya begitu sayu, lemah dan tak ada gairah lagi. Kutegur ia lalu menanyakan perihal apa yang membuatnya sedemikian tak bersemangat. Ia menjawab dengan datar tapi sungguh menyentak "sepi sekali ya Ramadhan tahun ini, sepi amal, sepi ibadah, sepi semangat dan sepi dari kebajikan, tapi aku yakin masih ada generasi-2 diluar sana yang lebih semangat dan akan menularkan semangatnya ke semua ummat" sambil tersenyum dia melangkah keluar masjid sambil menyalamiku. Aku terdiam sembari dan kalimat tadi begitu menghujam di dadaku. (kisah dari seorang sahabat)

Sobat, kisah ini benar2 menggambarkan Ramadhan tahun ini yang kualami, benar2 sepi ditengah hingar bingar ibu kota ini. Sejak pertama kali berkenalan dengan Ramadhan sekitar 20 tahun yang lalu dan tahun-tahun seterusnya, ada sebuah kekhas-an yang saya rasakan nuansa Ramadhan itu benar2 ada dan terasa. Entah apa ruhiyah ini yang semakin melemah sehingga aku tidak sanggup lagi menangkap signal-signal ke-Ilahian yang ada disekitarku. Atau memang lingkungan yang membuat seperti "mematikan" nuansa ramadhan. Ya Rabb Ampuni hamba atas semua kelemahan ini, atau memang "kesepian" sudah mulai mejalar hingga akhirnya menimbulkan virus-2 malas. Ya Allah lindungilah hambaMu yang faqir ini.

Ramadhan yang sepi ini memang menjadi sesuatu yang mulai umum disetiap tempat, Ramadhan yang kehilangan nuansa, Ramadhan yang sangat hambar. Inilah yang amat sangat ditakutkan, jangan sampai hati ini merasa senang saat Ramadhan akan segera berlalu. Dan merasa tersiksa saat Ramadhan masih hadir. Lima Belas hari di bulan ini sudah kita lewati, apa ada bekasnya buat kita? Bukan soal sudah berapa juz tilawahnya, sudah berapa rupiah infaqnya juga bukan soalan sudah berapa rakaat tarawehnya, tapi dari sekian juz, dari sekian rupiah dari sekian rakaat adakah pengaruhnya buat pribadi ini?

Boleh dibilang doa Rasulullah dan para sahabat tidak lepas dari Ramadhan, 6 bulan sebelum Ramadhan mereka berdoa pertemukan kami dengan Ramadhan, selepas Ramadhan mereka berdoa Terimalah ibadah kami selama Ramadhan. Artinya Ramadhan benar-2 menjadi sesuatu yang dinanti, menjadi bulan prioritas atas ibadah, menjadi bulan yang sangat diminati singkatnya tak ada kamus "sepi" bagi mereka buat Ramadhan. Demikianlah Rasulullah dan generasi terbaik memberikan teladan pada kita semua, lantas jika sampai Ramadhan ini sepi dari tilawah, sedekah, sujud dan ruku' siapa yang kita ikuti? ataukah virus malas itu sudah menjadi darah daging. Sekali lagi di zaman Rasulullah dan orang shaleh Ramadhan adalah simbol dari semangat yang membara. Ramadhan sendiri berasal dari kata "ra-ma-dha" yang bermakna panas yang menyengat, panas batu,  panas yang diakibatkan oleh sinar matahari (Muhammad bin Mukarram Ibnu Manzhur, Lisân al-'Arab, jil. 7, hal. 160, Dar Shadir, Beirut, Cetakan Ketiga, 1414 H) dari arti bahasa saja tidak ada tersirat atau tebersit unsur malas disana. 

Lantas kemana semangat yang seharusnya hadir bersama Ramadhan? Mungkin jika dizaman nabi dan sahabat maka semangat akan otomatis hadir saar Ramadhan menjelang, tapi dewasa ini maka semangat ini perlu kita hadirkan. Tentu saja semangat otomatis hadir karena orientasi nabi dan para sahabat tak lain tak bukan adalah Allah Ta'ala. Tentu saja semangat itu perlu kita hadirkan saat ini karena orientasi itu mungkin sedikit demi sedikit telah terevaporasi oleh zaman dan musuh-2 Allah yang sengaja menjauhkan kita dariNya. Sobat kesepian saat Ramadhan bukanlah hal yang relativ tapi memang sengaja diciptakan untuk menghancurkan orientasi tadi, maka untuk mengusir kesepian itu maka kita perlu banyak-2 muhassabah dan berazzam mengembalikan orientasi kita, Allah Ta'ala akan menjadi motiv yang sangat manjur dan efektiv atas semua laku dan kegiatan kita. Orientasi Allah Ta'ala itu akan terasa manis saat kita benar2 membuat cintaNya tidak bertepuk sebelah tangan (baca karena Dia mencintaimu). Coba sejenak renungkanlah wahai orang-orang berakal adakah yang Dia ciptakan semua ini sia2? dan untuk siapakah Dia menciptakan jagad raya ini jika bukan buat kita. 

Tidak cukupkah waktu 11 bulan itu mengejar apa yang menjadi impianmu? Ada yang berhasil tapi merasa masih belum terpuaskan, ada yang tidak berhasil lalu berputus asa yang akhirnya membuatnya semakin jauh dari mimpinya. 1 bulan saja yang bisa membuat mimpi yang nyata menjadi jauh lebih memuaskan, dan 1 bulan saja yang membuat putus asa menjadi semangat yang tak tergantikan. Ramadhan itulah 1 bulan itu. Tak ada jaminan kita akan menyelesaikan Ramadhan tahun ini atau malah bertemu dengan Ramadhan tahun depan, maka nikmatilah, ramaikanlah bulan ini dengan tilawah yang ber juz-juz, sedekah yang tak bisa terhitung oleh rupiah lantaran ikhlas, rakaat yang tak hanya membekas pada dahi yang hitam, dengan izin-Nya maka Allah akan meramaikan dirimu dengan semangat, kelapangan hati yang mampu menghapus rasa serakah, dan masih banyak lagi yang pastinya membuatmu jauh lebih berbahagia. 

Saat nilai Ramadhan ini dibawa hingga bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan dan terus begitu seterusnya maka ingatlah janji Allah Ta'ala :
"Sesungguhnya orang yang mengatakan: "Rab (Tuhan) kami ialah Allah," kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu takut dan janganlah kamu berdukacita dan bergembiralah kamu dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepada kamu" (Qs 41 :30)
Allah aka mengganti ketakutan dengan keberanian, menghapus kesedihan menjadi kegembiraan sekaligus menambahkan rasa optimis untuk meraih surgaNya.... Allahu Akbar!!! 

Semoga tak ada lagi sepi saat Ramadhan tahun ini, tahun berikutnya dan seterusnya.Amiin

0 komentar:

Posting Komentar

 
Terimakasih telah berkunjung